Tuesday, December 15, 2015

Tentang menjadi seorang penulis



Kalau ada yang tanya pada saya, apa yang paling dibutuhkan dari seorang penulis
Teknik, talenta, pengalaman, ide segudang, imajinasi yang kaya, faktor luck, atau apa?

Sejujurnya, saya juga tidak tahu apa elemen paling besar yang diperlukan oleh seorang penulis

Talenta? Tentu saja.
Semua orang bisa menulis.
Tapi menulis sesuatu yang enak untuk dibaca, dengan plot rapi dan konflik yang kuat, serta karakter yang unforgettable, diksi yang mencuil rasa, nah, itu adalah hal yang berbeda

Teknik? Itu juga
Sebagus-bagusnya kamu berkarya dengan bakat alamiahmu, tapi jika tidak ditunjang oleh teknik yang baik, itu juga akan menghasilkan sesuatu yang berantakan

Pengalaman, ide, imajinasi?
Saya tidak menyanggah bahwa semua diperlukan
Semakin sering kamu menulis, latihan bermain kata, tentu hasilnya akan semakin oke. 
Stephen King pernah berkata :

 

No excuse
I am sorry to say, no excuse :D

Seperti sebagian besar penulis lain, perjalanan saya penuh jatuh bangun
Jatuh karena ditolak berkali-kali
Bangun untuk menulis lagi
Jatuh dan bangun lagi
karena semua itu proses yang tidak pernah berhenti saat kita menulis
Di awal-awal saya menulis, saya menerbitkan karya yang ‘parah’
Sekarang pun masih terasa begitu :p
Anyway, kadang saya sampai malu sendiri kalau saya ambil waktu untuk duduk dan membaca novel-novel lama itu
Tapi tidak ada penyesalan untuk setiap karya yang terbit
Sungguh, tidak ada
Saya percaya Tuhan beri semua indah pada waktunya
Jika novel itu tak pernah terbit, siapa tahu saya jadi frustrasi, dan akhirnya malah berhenti menulis total?!
Walaupun memang, jika itu adalah panggilan hatimu, kamu akan mundur sejenak, untuk kemudian rindu menulis lagi

Intinya, saya tidak menyesal

Setelah novel Puzzle terbit, saya mendapat berita gembira bahwa naskah saya akhirnya diterima di penerbit impian, Gramedia Pustaka Utama
Perjalanannya pun tidak mudah
Setelah Lullaby, entah berapa novel yang ditolak oleh editor
Hingga akhirnya Just Another Birthday terbit
Tapi dalam masa-masa penolakan itu saya belajar suatu hal
Pelajaran yang kesannya sepele, namun susah luar biasa untuk diterapkan
Pelajaran yang tidak kalah penting untuk menjadi seorang penulis

Pelajaran tentang kesabaran
Karena entah bagaimana saya percaya, semua penulis yang baik memilikinya

Kesabaran tentang hal apa saja?
Banyak sekali

Ini contohnya :

Kesabaran untuk menyusun plot -- nanti kapan-kapan, saya akan cerita tentang hal ini ya-- karena untuk saya, plot awal itu akan sering mengalami bongkar, pasang dan rombak

Kesabaran untuk menulis cerita yang baik. Jangan tanya berapa minggu dan bulan, mungkin ada yang tahun, yang akan dihabiskan seorang penulis di depan komputernya, untuk menulis kata demi kata, bertarung dengan layar kosong dan kursor kedip-kedip dan pikiran berkabut 

Kesabaran untuk menunggu naskah terbit, karena jelas , kita bukan satu-satunya penulis di dunia ini. Karena itu kesabaran di bagian ini juga teruji

Kesabaran untuk merevisi dan merevisi kembali naskah kita, setelah kembali dari editor, berkali-kali, biarpun di awal kita selalu merasa naskah tersebut sudah sempurna

Saya bersyukur, karena dalam masa-masa vakum tersebut, masa ketika saya belajar tentang kesabaran, saya ketemu editor yang memberi saya waktu, kesempatan dan ilmu untuk mengasah teknik
Editor yang membuka mata saya, kalau kesabaran dalam menulis (dan merevisi), mutlak diperlukan.

Tentang revisi --- jangan tanya berapa kali Falling direvisi
Jangan tanya berapa kali Just Another Birthday ke-pending, karena susunan kalimat yang parah, dan saya rasa editor saya itu sakit kepala waktu mengedit JAB
Jangan tanya berapa lama Perfect Mess tertunda. Saya pikir sekitar 3 tahun karena naskah itu sudah saya selesaikan sebelum JAB saya buat
Dan jangan tanya juga berapa susah Lullaby harus dirombak, karena saat itu saya diminta mengubah pov 1 ke pov 3. Untuk naskah mentah sebanyak 40 ribu kata.

Yah, semua pelajaran tentang kesabaran yang akhirnya bikin saya jadi sabar beneran :D
Karena menjadi sabar adalah satu-satunya pilihan yang saya punya
But I can say, again, that they are all worth it!
Thank God, they are all worth it!!

Saya juga bersyukur karena dalam perjalanan sepi itu saya juga ketemu teman sesama penulis yang bisa bikin perjalanan jadi sedikit ‘berwarna’
'Curhat', brainstorming, sampai cekikikan frustrasi ketika naskah tidak selesai-selesai

Walaupun sebenarnya, pada akhirnya, kamu tetap sendirian
Just you and the script
And the battle along the way until you can, eventually, write - the end - at the very last page

Jadi untuk kita semua yang berputar di naskah yang tidak selesai (seperti saya), naskah yang ditolak (seperti saya juga :p), naskah yang masih dalam proses antrean, dan entah naskah-naskah lain yang menemui halangannya masing-masing, mungkin sekarang saat kita belajar tentang pelajaran penting itu
Bersabar dan berdoa
Take one word, one thing, at a time 
Karena tahukah kalian, tidak ada hal bermakna, yang terjadi secara instan.
Semua hal yang indah, disemai di ladang waktu

4 comments:

swastikagie said...

mbak tulisannya membantu sekali, terima kasih untuk sharing pengalamannya ^^

Rina Suryakusuma said...

Hei, sama2! Glad it help :)

Anonymous said...

Postingan ini sangat membantu saya yang masih dalam tahap menunggu dan tahap ditolak penerbit. Semoga bisa segera menuju tahap selanjutnya :)

vialisjp said...

Gosh..iseng kangen baca blog lu ketemu artikel ini..gw baru nulis yang percisss banget di Goodreads blog gw..aiss..gak ada penulis yang tahu2 jreng kayak lotere ya..emang...ini gw baru baca Andy Griffith yang nulis Treehouse series itu udah mulai bikin cerita pas di sekolah, dia fotocopy jual sendiri..and that was 18 years before Treehouse series meledak!! Penulis itu seperti keju memang, atau anggur..makin panjang jam terbangnya makin 'dalem' rasanya ... :) :)